Selasa, 05 Februari 2008

kutipan buku birokrasi martin albrow

Di dalam buku Martin Albrow tampak penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para tokoh seperti M.de , Gourney, Balzac, Johan Gorres, John Stuart Mill, Herbert Spencer, Gaetano Mosca , Robert Michels, Max Weber , dan . Para tokoh tersebut banyak memberikan penjelasan dan wawasan mengenai birokrasi. Istilah birokrasi terbentuk tidak secara langsung melainkan melalui penyerapan dan perpaduan antar bahasa. Istilah birokrasi pertama kali di perkenalkan oleh de Gourney berkaitan dengan istilah ”bureau” yang berarti, meja tulis tempat dimana para pejabat berkerja. Tambahan sisipan ”cracy” dari bahasa yunani ( kratein ) berari mengatur , menghasilkan istilah yang memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.

Pada awal abad ke-19, Balzac memaparkan citra birokrasi dan mempopulerkanya di Perancis. Demikian dengan John Gorres, melihat birokrasi sebagai institusi sipil yang mirip dengan kedudukan tentara. Bahkan prinsip-prinsipnya sama dengan tentara : disiplin,kelompok, promosi, sentralisasi,dan penghargaan. Bahwasanya birokrasi telah berhasil memperluas prinsip subordinasi yang menjadi dasar dalam perkembangan birokrasi itu sendiri.

John Stuart Mill, dalam teori politiknya, birokrasi memiliki arti penting yaitu, keterampilan dan kemampuan poilitik yang tinggi. Rumusan-rumusan Mill sangat singkat, tetapi sangat berpengaruh pada ajaran Mosca . Pada tahun 1884 di Inggris, kebebasan parlemen, peradilan, dan kota praja memberi keyakinan bahwa administrasi dan komunitas bisa di kenal.sebaliknya birokrasi di tolak. Selain itu, sejarahwan Ramsay Muir mengatakan bahwa birokrasi berarti ” penyelenggaraan kekuasaan oleh administrator yang professional”.

Berdasarkan perbandingan perfektif yang luas, semua negara Eropa bertipe sama, yakni diperintah oleh para pejabat. Di Jerman, gagasan tentng birokrasi sangat tekait dengan perubahan-perubahan radikal dalam teori politik dan administrasi, Karl Heinze mendefenisikan birokrasi lebih bersikap netral, yaitu sebagai ” suatu struktur organisasi yang di dalamnya seorang pejabat tunggal yang mengontrol administrasi”. Lain lagi menurut Robert von Mohl birokrasi merupakn ”sistem biro” lebih diprioritaskan dan memiliki variasi konotasi, tergantung kelompok social yang menyampaikan keluhan. Birokratisme sebagai tingkah laku pejabat professional yang menyakitkan warga Negara. Setidaknya ada tiga konsep pokok yang di bedakan dengan monarki, emokrasi, dan aristokrasi serta birokrasi sebagai efisiensi dan inefisiensi administrasi.

Terdapat dua tokoh penting dalam rumusan klasik yaitu Gaetano Mosca dan Robert Michels. Menurut Mosca tentang birokrasi dan ketidakpuasannya terhadap tipe pemerintahan pola tradisional menjadi suatu pola analisa perbandingan politik yang utama. Dalam terminologi logika tradisional, Mosca mencari suatu landasan yang mendasar atau fundamental divisionis yang baru, suatu asas klasifikasi yang menjungkir balikan para ahli dan menjelaskan tentang realitas proses politik. Mosca sangat tidak percaya pada pendapat yang mengatakan bahwa kelas yang berkuasa harus monolitik. Apabila suatu birokrasi memonopoli kekayaan dan kekuatan militer, ia menyebut sebagai absolutisme birokratik.

Berbeda dengan Michels yang bersifat aporistik. Dengan menunjukkan bagaimana para pemimpin badan-badan yang memiliki ribuan anggota itu merasa perlu untuk merekrut pejabat full time yang digaji. Penyederhanaan konsep birokrasi Mosca dan Michels merupakan penolakan mereka terhadap struktur pemikiran demokratis konstitusional yang kompleks.

Max Weber dalam teori organisasi, menulis tentang birokrasi adalah sebagai bagian dari usaha yang luar biasa untuk membukukan konsep-konsep ilmu sosial. Weber memandang bahwa tingkah laku manusia cenderung diorientasikan kepada seperangkat aturan. Organisasi ala Weber menunjukan adanya staf administrasi pada pembedaan yang dibuat antara kekuasaan dan otoritas. Ia menekankan bahwa kepatuhan atas perintah terutama tergantung pada keyakinan atas adanya legitimasi, suatu keyakinann bahwa tatanan tersebut harus di patuhi. Dengan kata lain, ia menolak pandangan bahwa setiap pegawai negeri adalah anggota kelas yang berkuasa.

Weber mengemukakan lima keyakinan sebagai berikut :

1. Hukum adalah sistem aturan abstrak, sedangkan administrasi mengurus kepentingan-kepentingan organisasi

2. Manusia yang menjalankan otoritas dan mematuhi tatanan impersonal

3. Anggota yang taat hukum

4. Kepatuhan ditunjukan kepada tatanan impersonal

Pada beberapa hal, Weber mengemukakan bahwa birokrasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari, karena birokratisasi sama halnya membicarakan pertumbuhan kekuasaan dari para pejabat Beamtenherrschaft-kekuasaan atau pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat adalah konsep Weber yang dibedakan dari birokrasi. Menurutnya Beamtenherrschaft adalah sesuatu yang menakutkan di luar birokrasi. Weber membatasi mekanisme lingkup sistem-sistem otoritas menjadi lima kategori:

1. Kolegalitas , bahwa kolegalitas berperan membatasi birokrasi.

2. Pemisahan kekuasaan,berarti pembagiaan tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Weber menganggap bahwa sitem seperti ini tidak stabil.

3. Administrasi amatir, sistem ini tidak diukur berdasarkan tuntutan akan keahlian yang diperlukan oleh masyarakat modern

4. Demokrasi langsung, metode yang dibutuhkan oleh orang-orang yang berkeahlian membuat keputusan

5. Representasi , sistem birokrasi melaluai perantara untuk mengawasi birokrat

Adapun perdebatan dasar-dasar teori Weber dengan para pemikir yang lain terhadap kurangnya perhatian Weber pada masalah inefesiensi birokrasi sangat bertentangan dan menimbulkan kontroversi yang berlanjut hingga saat ini. Menurut Mosca, persoalan hubungan birokrasi dan demokrasi mengedepankan masalah tersebut secara netral dan alamiah. Menurut Michesl sendiri lebih baik menerima konsep birokrasi dalam makna yang paling netral, kemudian menunjukkan akibat-akibat yang muncul dari bentuk pemusatan kekuasaan. Pemahaman Weber terhadap birokrasi jelas tidak dapat diragukan. Selain memperkaya rincian hokum secara teknis, ia menyusu kembali kerangka konseptual. Weber mencoba menetralisir masalah pengawasan merupakan hal inheren dalam sistem administrasi birokrasi yang baik. Konsep yang dibangunya tentang birokrasi rasional menunjukan ambivalensi yang mendalam tentang perkembangan administrasi modern

Dari sekian banyak kecaman, kecaman yang sederhana untuk menentang Weber adalah bahwa ia menciptakan kebingungan dal perbendaharaan bahasa. Baik orang seperti Merton, yang memaparkan konskuensi-konsekuensi Weberian yang tidak terantisipasi, maupun orang seperti Bendix, yang menekanka bahwa struktur semacam itu ada dalam suatu masyarakat yang besar, keduanya sepakat mempertanyakan rasionalitas dan efisiensi .

Para idiolog seperti Karl Marx, Kaum Fasis, dan Kaum Demokrasi Perwakilan memberikan penafsiran yang berbeda-beda tentang birokrasi. Marxisme, dengan Karl Marxnya yang dimana birokrasi tergantung pada kesimpulan yang diambil dari filsafat ilmu politik secara umum dan berasal dari persepsi analisis Marx terhadap birokrasi amat disesuaikan dengan interpretasi ekonominya dengan politik.

Berbeda dengan Marx, kaum Fasis yang bersifat sesaat { ad hoc } kebanyakan merupakan koleksi gagasan yang dicomot demi alasan-alasan oportunistik, bahwa sudah menjadi kenyataan konsep birokrasi sebagai alat Negara yang tidak memihak yang dapat ditemui dalam pemikiran fasis. Lai halnya dengan kaum Demokrasi Perwakilan birokrasi merupakan antitesis bisnis yang didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan

Beberapa konsep modern tentan birokrasi tergambar oleh penjelasan para pemikir seperti Weber, Peter Blau, de Gourney, dan Mill. Diantaranya yaitu:

  1. Birokrasi sebagai organisasi rasional
  2. Birokrasi sebagai inefisiensi organisasi
  3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat
  4. Birokrasi sebagai administrasi Negara ( public )
  5. Birokrasi sebagai administrasi yabg dijalankan oleh pejabat
  6. Birokrasi sebagai suatu organisasi
  7. Birokrasi sebagai masyarakat modern

Tidak ada komentar: